Pelatih Afshin Ghotbi mengatakan kombinasi kebanggan Persia, semangat Amerika, dan bersih dari politik, akan membuat tim nasional Iran mampu berprestasi.
"Saya memiliki hati Iran, semangat Amerika, dan otak sepakbola Belanda," kata Ghotbi, yang sedang mencoba membantu Iran memenangkan gelar Piala Asia keempat tahun ini.
Iran terjerumus dalam perseteruan politik sejak pemberangusan kelompok penentang Mahmoud Ahmadinejad, yang terpilih kembali sebagai presiden Iran, Juni 2009.
Ghotbi adalah warga Iran yang besar di AS. Ia mengambil alih timnas Iran tahun ini, untuk memberi harapan kepada fans sepakbola Iran, di tengah ketegangan politik.
Ghotbi kecewqa ketika tujuh pemainnya mengenakan wrist band hijau, tanda dukungan kepada calon presiden dari kelompok oposisi, di kualifikasi Piala Dunia. Iran saat itu dikalahkan Korea Selatan.
Ia mengatakan tidak boleh ada aroma politik ketika Iran kembali menghadapi Korsel di perempat final Piala Asia di Qatar, malam ini.
Ghotbi adalah mantan asisten pelatih LA Galaxy. Ia mengusung beban tak ringan, memberi kesuksesan kepada negaranya yang tak pernah lagi menjuarai Piala Asia sejak Revolusi Islam 1979.
"Ini bukan tugas ringan," ujar Ghotbi, yang akan meninggalkan timnas Iran usai Piala Asia 2010 untuk menangani Shimizu S-Pulse.
"Saya merasa bekerja dengan negara saya akan memiliki kesempatan mempengaruhi setiap orang, dan membuat setiap orang bangga akan negaranya," kata Ghotbi.